(Abdur Rahim Green)
Rahim dibesarkan dalam iman Katolik Roma sejak usia muda. Ia lahir dengan nama Anthony Vatswaf Galvin Green pada 1962.
Vatswaf lahir di Dar Es Salaam, Tanzania. Ayahnya seorang administrator kolonial di Kerajaan Inggris dan ibunya berasal dari Polandia. Ayahnya, Gavin Green, seorang yang tidak percaya adanya Tuhan, sementara ibunya penganut Katolik Roma taat. Anthony Vatswaf dibesarkan dalam iman Katolik Roma sejak usia muda.
Vatswaf mengikuti pendidikan di sekolah berasrama di biara Katolik Roma, St Martin Ampleforth, di Gilling Castle, dan kemudian Ampleforth College. Ketika berusia 11 tahun, ayahnya bertugas di Kairo.
Beliau belajar sejarah di Universitas London, tetapi tidak menghabiskanya kerana kekecewaan yang berkembang dengan apa yang dianggap sebagai ajaran Eurocentric dari sistem pendidikan Inggris.
Pada usia muda, Vatswaf mulai mempersoalkan keyakinan Katolik Roma, walaupun pada usia 19 tahun masih dengan “penuh semangat” membela keimanannya itu. Kemudian ia mempelajari Buddhisme selama hampir tiga tahun, meskipun tidak pernah secara rasmi memeluk agama itu.
Pada tahun 1987, Vatswaf pertama kali tertarik pada ajaran Islam, dan mempelajari Al-Quran. Vatswaf kemudian memeluk Islam pada tahun 1988, dan sejak itu beliau menjadi pendakwah. Beliau menukar namanya kepada Abdur Rahim.
Abdur Rahim merupakan presenter di Peace TV. Beliau terlibat dalam kegiatan pendidikan dan media di stesen TV itu. Beliua telah menjadi Ketua iERA (The Islamic Education & Research Academy). Rahim aktif memberikan ceramah di luar negera, termasuk di persidangan perdamaian yang diadakan di Mumbai.
Rahim juga aktif di London Central Mosque dan Islamic Cultural Centre. Sebagaimana Dr Zakir Naik, Dr Bilal Philips, Khalid Yasin, dan Yvonne Ridley, Rahim juga memberikan banyak kuliah tentang Islam di seluruh dunia dan juga berdakwah di Hyde Park yang terkenal di London.
Beliau memiliki sepuluh anak dari dua isteri. Rahim pernah ditanya dalam wawancara, apakah hukum Inggris melarang poligami. Beliay menjawab: “Benar. Namun beberapa orang Inggris melakukan poligami. Tetapi mereka yang mempraktikan poligami dapat menjalankan pernikahannya sebagaimana ketentuan hukum perkawinan (Islam). Anak-anak yang lahir adalah sah. Isteri (kedua) pun berhak mendapat warisan harta.”
